Rocky Gerung adalah seorang akademisi dan pengamat politik yang mendirikan SETARA Institute, sebuah lembaga yang berfokus pada isu kesetaraan, hak asasi manusia, dan keberagaman.

Mantan dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia ini kini lebih dikenal sebagai kritikus politik yang sering memberikan pandangan tajam terhadap pemerintah.

Profil Rocky Gerung

  • Nama Lengkap: Rocky Gerung
  • Panggilan: Rocky
  • Tempat, Tanggal Lahir: Manado, Sulawesi Utara, 20 Januari 1959
  • Zodiak: Aquarius
  • Agama: Katolik
  • Pendidikan: Universitas Indonesia
  • Profesi: Akademisi dan Pengamat Politik
  • Media Sosial: Rocky Gerung Official (YouTube), @rocky_gerung_official (Instagram)

Rocky lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada 20 Januari 1959. Kakak dari Grevo Gerung ini awalnya menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia pada 1979, namun kemudian beralih ke Jurusan Ilmu Filsafat. Setelah menyelesaikan studinya, Rocky mengajar di Departemen Ilmu Filsafat UI sebagai dosen hingga awal 2015.

Perjalanan Karier Karier Rocky dimulai sebagai dosen di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Setelah 15 tahun, ia berhenti mengajar karena kebijakan UU No.14 Tahun 2005 yang mewajibkan dosen memiliki gelar magister. Sebelum meninggalkan dunia akademis, Rocky sempat mendirikan Partai Indonesia Baru (PIB) bersama Sjahrir dan Nurmala Kartini Sjahrir. Pada 2005, ia juga turut mendirikan SETARA Institute bersama Abdurrahman Wahid dan Azyumardi Azra.

Rocky dikenal karena kritik-kritik tajamnya terhadap pemerintahan, khususnya di era Presiden Joko Widodo. Ia sering menjadi narasumber di acara televisi nasional dan aktif di media sosial serta channel YouTube pribadinya, “Rocky Gerung Official.”

Fakta Menarik tentang Rocky Gerung

  • Rocky adalah kakak dari Grevo Gerung, dosen di Universitas Sam Ratulangi.
  • Ia sering menulis artikel tentang feminisme di Jurnal Perempuan.
  • Rocky pernah menjadi pembimbing aktris Dian Sastro yang menyebutnya sebagai “dosen killer.”
  • Namanya mulai dikenal luas sejak tampil di acara Indonesia Lawyers Club pada 2017.
  • Akun Twitter pribadinya pernah diretas oleh pihak tak bertanggung jawab.

Kontroversi dan Kasus Rocky Gerung kerap terlibat dalam berbagai kontroversi, antara lain:

  1. Kitab Suci Fiksi (2018): Rocky menyebut kitab suci sebagai fiksi dalam sebuah acara televisi. Ia kemudian menjelaskan bahwa istilah fiksi yang dimaksud merujuk pada sifat imajinatif, bukan penistaan agama.
  2. Kritik terhadap Presiden Jokowi (2019): Rocky menyebut Jokowi tidak memahami Pancasila, yang memicu laporan polisi meski akhirnya tidak diproses lebih lanjut.
  3. Dugaan Penghinaan Presiden (2023): Ucapannya tentang Jokowi dan proyek Ibu Kota Nusantara memicu laporan polisi atas dugaan pelanggaran UU ITE.

Pendapatan dan Aset Sebagai pengamat politik aktif di YouTube, Rocky diperkirakan memperoleh pendapatan bulanan antara $2.300 hingga $36.000. Selain itu, ia juga mendapatkan honor dari penampilan di televisi dan seminar. Rocky mengaku memiliki aset berupa rumah di Kemang dan Menteng, serta sedang membangun rumah di pegunungan dekat Jakarta.

Karya Tulis

Rocky juga aktif menulis buku, jurnal, dan artikel. Berikut beberapa karyanya:

  • Buku:

    • Teori Sosial dan Praktik Politik (1991), bersama Brian Fay dan Budi Murdono
    • Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum, Kasus (2006), bersama L. G. Saraswati
    • Mengaktifkan Politik (2009)
    • Obat Dungu Resep Akal Sehat (2024)
  • Jurnal:

    • Pluralisme dan Konsekwensinya (2007)
    • Feminisme versus Kearifan Lokal (2008)
    • Representasi, Kedaulatan, dan Etika Publik (2010)
    • Komunitarianisme versus Hak Asasi Manusia (2011)
    • Feminist Ethics against Stigma of Theocracy-Patriarchy (2014)
    • Jalan Ideologi dalam Negara Demokrasi (2015)
    • Feminist Pedagogy: A Political Position (2016)
    • Pancasila: Ide Penuntun, Bukan Pengatur (2018)
  • Artikel Majalah:

    • Cendekiawan, Kultur, dan Politik (2001)
    • Tersesat di Jalan Yang Benar (2007)
    • Rahim Laki-Laki (2011)
    • Demokrasi Kurva Lonceng (2011)
    • Consumo Ergo Sum (2012)
    • Demagogi (2014)
    • Politik dan Akronim (2014)
    • Charlie Hebdo dan Kita (2015)